Pergaulan menjadi
hiasan aktifitas yang tidak bisa ditinggalkan oleh siapapun, bergaul dengan
tetangga, rekan kerja bahkan dengan orang-orang yang ada disekitar kita.
Pergaulan terjadi di segala sudut, baik di kede kopi, mobil, kereta, pesta,
silaturrahmi, komunitas dan lain sebagainya. Pergaulan adalah tindak-tanduk
kita dalam berkomunikasi dan memperlakukan teman dan lawan dengan baik dan
sopan. Bergaul tidak dibatasi tapi mesti memiliki prinsip sikap yang jelas agar
tidak terpengaruh dengan lingkaran pergaulan yang bebas dan merusak.
Pertanyaannya sekarang adalah, bergaul dengan siapakah dan bagaimana tatakrama
pergaulan yang di utamakan dalam islam???
Berikut hadith-hadith yang membahas tentang
kebaikan pergaulan:
1. Dari ‘Aisyah RA., Katanya:
Rasulullah SAW bersabda: “ orang yang paling baik diantara kamu ialah yang
paling baik terhadap keluarganya. Dan aku orang yang paling baik diantaramu
terhadap keluargaku”
---Jami’ at-Tirmidzi---
2. Dari ‘Aisyah RA., Katanya: Rasulullah
SAW bersabda: “Sesungguhnya orang mu’min yang paling sempurna imannya ialah
yang paling baik akhlaknya dan paling lemah lembut terhadap keluarganya” ---Jami’
at-Tirmidzi---
3.
Dari
Abdullah RA., Katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Semua makhluk adalah famili
Allah. Maka makhluk yang paling disukai Allah ialah yang paling baik terhadap
familinya” ---Sya’bul
Iman---
Ketiga hadith di atas
sangat jelas menekankan kita untuk bergaul dengan baik dan sopan dengan
keluarga. Sangat logis kita harus berbuat baik kepada keluarga kita, dimana
alasannya keluarga adalah sumber kehidupan dan awalnya tali persaudaraan itu
lahir. Tanpa keluarga sangat tidak memungkinkan seseorang akan mendapat
penghargaan dan tali silaturrahmi yang kokoh. Islam memiliki alasan tersendiri
dalam hal bergaul dengan keluarga, tidak hanya ibu bapak saja, tapi semua
keluarga yang memiliki ikatan darah dengan kita.
Di luar daripada
berhubungan baik dengan keluarga, Rasulullah juga memberikan contoh dan
mengajak kita untuk menjaga adab pergaulan antara yang muda dan tua,
sebagaimana diterangkan dalam hadith berikut;
4.
Dari
Ibnu Abbas RA., katanya:Rasulullah SAW bersabda:”Bukanlah golongan kami orang
yang tidak mengasihsayangi orang yang lebih muda diantara kita, dan tidak
menghormati orang yang lebih tua di antara kita” ---Jami’ at-Tirmidzi---
Jauh
sebelumnya Islam telah menerapkan sistem pergaulan antara muda dan tua,
setidaknya kita yang tua harus menyanyangi mereka yang muda seperti kita
mengasih sayangi anak kita sendiri. Hal ini kita lakukan untuk menghindari
kebrutalan moral yang terjadi dan mengontrol sikap mereka dalam bertindak.
Pemuda akan merasa malu dan hati-hati dalam mengambil kebijakan atau berbicara
lantang jika mereka melihat adanya sosok yang di segani dan di jadikan panutan,
sebaliknya mereka akan bertindak dan berbicara secara liar dan tidak sopan
dikarnakan tidak ada rasa malu dan hormat kepada yang tua.
Sikap
kita untuk menghadapi remaja dewasa ini adalah dengan menerapkan hadith yang
telah dilakukan oleh Baginda Rasul. Jika hadith ini kita jalankan dengan baik,
maka penghormatan yang tidak pernah di impikan akan datang dari pemuda-pemuda
yang telah kita ajarkan bertatakrama dengan baik.
Di sisi lain baginda
Rasul menganjurkan kita untuk mengawasi pergaulan anak-anak kita, karna sahabat
yang dekat dengan mereka berpengaruh besar dalam perkembangan akhlak anak itu
sendiri. Seperti penjelasan hadith berikut;
5.
Dari
Abu Hurairah RA., Katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang itu menurut
agama temannya. Karena itu, hendaklah seseorang diantara kamu melihat siapa
yang menemani” ---Musnad
Ahmad---
Pengawasan terhadap
anak perlu diperhatikan. Siapakah yang menjadi temannya? Tempat mana saja yang
sering ia kunjungi???. Pengontrolan ini akan sangat bermanfaat untuk mencegah
kerusakan moral yang terjadi terhadap generasi kita.
Saya teringat dengan
kisah di waktu kecil, dimana orangtua saya selalu melakukan patroli rutin
khususnya dalam hal menuntut ilmu. Pada suatu malam kami pergi mengaji seperti
biasanya. Setelah shalat magrib saya dan kakak secara kebetulan melewati satu kedai
yang menyediakan fasilitas minuman ringan dan TV untuk ditonton secara massal.
Pada saat itu film yang ditayangkan adalah film yang menjadi favorit kami
berlima, secara sepintas saya dan kakak sepakat untuk tidak hadir di pengajian
dan memutuskan untuk menyaksikan film tersebut.
Dirumah ayah baru saja
pulang dari laut, beliau langsung bertanya kepada ibu kemana anak-anaknya
semua? Ibu berkata dengan jujur kami pergi mengaji. Tanpa basa – basi ayah tidak
memerlukan persiapan untuk membersihkan diri atau makan, langsung saya beliau
menuju tempat pengajian kami. Setibanya disana beliau mengintip lewat jendela
memastikan kalau kami ada, tapi sayang pada malam itu keberuntungan tidak
berpihak kepada kami.
Ayah langsung pulang,
Kami pun pulang tidak lama setelahnya. Mengucapkan salam seperti biasa dan
dijawab oleh ayah serta ibu, ayah dan ibu mempersilakan kami untuk makan malam
bersama, tidak ada tanda-tanda kalau ayah sudah mengetahui tentang keburukan
yang telah kami jalankan bersama. Selesai makan, ayah memerintahkan kami untuk
istirahat diruang tamu karna ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan
kami. Benar saja dalam sedetik paras ayah berubah, ayah sangat marah dengan
perilaku kami, tidak berpanjang lebar ayah menghukum kami tidak boleh tidur
pada malam itu.
Setelah dua jam ayah
datang lagi dengan nada marah tapi memiliki makna kelembutan, ayah menasehati
kami pentingnya ilmu dalam kehidupan ini. Harapan beliau kepada kami hanya satu
yaitu kami menjadi orang yang terpandang bukan dari sisi banyak harta, tapi
memiliki ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Keinginan ayah dan ibu kami agar
nanti kami menjadi orang-orang yang berguna tidak menjadi pelaut seperti yang
ayah lakukan. Kami pun di maafkan dan dipersilahkan untuk istirahat.
Kisah saya
mudah-mudahan menjadi inspirasi untuk pembaca, bahwa anak-anak harus di awasi
dari gerak-geriknya. Jadikan mereka sahabat bukan anak kecil, karna dengan
persahabatan yang kita jalani dengan anak akan membuat mereka terbuka dengan
kita orang tuanya dalam segala hal atau permasalahan yang di alaminya. Mari
kita budayakan pesan Baginda Rasulullah dalam kehidupan sehari – hari, dengan
tujuan ridha Allah, Insya Allah pergaulan kita akan menjadi hubungan yang baik
di dunia dan akhirat nanti.
No comments:
Post a Comment