Pada jaman
era globalisasi sekarang ini dengan kesibukan dunia kerja dan aktifitas yang
tidak bisa ditinggalkan begitu saja, tanpa disadari telah merubah tatakrama
kehidupan manusia dari azas kepentingan membutuhkan satu sama lain. Hal ini
disebabkan oleh adanya pemikiran bahwa kekayaan bisa mewujudkan segalanya.
Perlu kita sadari salah satu hal terkecil yang telah kita abaikan baik sengaja
maupun tidak adalah hubungan antar sesama.
Hubungan
merupakan satu kata yang memiliki makna yang sangat luas. Hubungan adalah
konektifitas individu yang satu dengan yang lain bersatu padu mewujudkan
persepsi, keinginan atau kebutuhan dasar kehidupan. Hubungan bisa berbentuk
relasi kerja, relasi organisasi, lembaga, instansi dan lain sebagainya, jika
kita mendefinisikan hubungan maka akan banyak tafsiran yang akan kita dapatkan
dari para pakar.
Tulisan
hari ini kita coba merenungkan hubungan kita dengan Kerabat dan Tetangga dalam
islam. Kenapa harus hubungan dengan Kerabat dan tetangga? karna, jika hubungan
dengan Kerabat dan tetangga bisa terjalin dengan baik, cukup besar kemungkinan
hubungan kita dengan sahabat-sahabat yang lain diluar atau yang lebih jauh akan
terjaga dengan baik pula.
Hadith
dari ‘Aisyah
RA., dari Nabi SAW. Beliau bersabda:”Jibril sering menasehati aku tentang
tetangga, sehingga aku mengira bahwa ia mau menjadikannya sebagai ahli
warisku.” (Muttafaq ‘Alaih).
Renungkan
sabda nabi tersebut, seakan-akan tetangga itu akan menjadi ahli warisnya,
demikian perumpaan yang nabi jelaskan agar kita bisa pelajari dan pertimbangkan
begitu pentingnya hubungan dengan tetangga itu di perkuat. Logisnya seandainya
kita terkena musibah, maka pertolongan pertama yang datang kepada kita sudah
pasti dari orang terdekat, salah satunya adalah tetangga. Disisi lain jika kita
mengadakan acara atau sakit dan sebagainya, maka orang yang pertama kali
melayangkan berita kepada orang lain atau keluarga dekat sudah tentu tetangga.
Sebab-musabab yang terjadi secara sosial seperti yang kita rasakan sekarang,
tidaklah akan jauh berbeda dari kehidupan yang dialami oleh Nabi kita Muhammad
SAW.
Begitu
pentingnya peran tetangga dalam kehidupan ini, nabi juga melarang kita untuk tidak
membiarkan saudara sesama muslim, seperti acuh tak acuh atau tidak berbicara
selama tiga hari, karena takutnya tanpa sepengetahuan kita mati dalam tiga hari
tersebut, sedangkan maaf belum kita dapatkan dari kerabat atau tetangga.
Alhamdulillah, Jika kerabat atau tetangga kita tadi memaafkan, seandainya tidak
maka kita akan berada dalam kesengsaraan.
Nabi
juga menjadikan kita golongan orang-orang yang baik, disaat terjadi
kesalahpahaman atau pertengkaran yang terjadi dengan handai dan taulan, kita
yang lebih dahulu mengucapkan salam meskipun baru satu jam yang lalu
pertengkaran terjadi. Amat sulit memang untuk dijalankan, namun jika anda
memiliki tekad dengan ikhlas karna Allah, Insya Allah. Semua akan berjalan
normal bahkan keuntungannya adalah tidak akan ada yang memusuhi kita didunia
ini.
Bagaimanakah jika kita memutuskan
silturrahmi atau hubungan?
Dari Jubair
Bin Mut’am RA., katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga orang
yang memutuskan(yakni memutuskan hubungan silaturrahmi) – Muttafaq
‘Alaih—
Hadith
lain menegaskan dengan perbedaan kisah namun memiliki kesamaan tujuan: Dari Ibnu
Abbas RA., Katanya:Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:”tidak beriman
orang yang kenyang sementara tetangganya berkeliling tanpa dapat makanan.
---Sya’bul Iman).
Kedua
hadith diatas membuka wawasan kita bahwa syurga termasuk merindukan orang-orang
yang selalu menjaga hubungan baik. Hubungan yang baik atau silturrahmi
merupakan kunci dasar menghindari konflik atau perang. Silaturrahmi yang
tertata rapi akan membangun semangat hidup yang rukun dan damai, disisi lain
menjauhkan kita dari sifat iri, dengki, dendam bahkan sifat mendhalimi satu
dengan yang lainnya.
Ibnu Abbas RA, menegaskan bahwa iman kita juga
terdapat dalam bagian yaitu menjaga hubungan dengan tetangga dari sisi
kebutuhan perut, hal ini sangat kecil namun berdampak besar. Kita lihat saja
pergaulan sekarang, banyak orang yang tinggal berdekatan, yang hanya dibatasi
pagar tidak sempat berkenalan satu sama lainnya, kalau berkenalan saja sudah
tidak ada waktu apalagi berniat untuk memberi makanan atau menjenguknya jika
dalam musibah.
Memperkuat
silturrahmi merupakan pondasi dasar ummat islam dalam menjalankan perintah
Allah. Perhatikan saja setiap kita melaksanakan shalat, Shaf kita rapikan dan
rapatkan. Di dalam kewajiban shalat kita bisa mengambil ibrah bahwa persatuan
yang kokoh dan baik ialah bersatu padu dan seragam dalam pelaksanaannya.
ALLAHU A’LAM
Semoga
bermanfaat!
NOTE:
- Tulisan ini dibuat berdasarkan referensi yang diambil dari buku Himpunan hadiths politik sosial dan ekonomi, oleh S.Ziyad Abbas diterbitkan oleh Pustaka Panjimas, Jakarta 1991.
- Penulis hanya mengutip hadith dan mengembangkan dengan problematika yang terjadi sekarang.
No comments:
Post a Comment