Tuesday, March 10, 2015

Doa untuk orang tua

Orang tua merupakan pendidik pertama dan penanggungjawab terhadap setiap individu yang lahir, peran anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan etika yang ditunjukkan oleh orang tua mereka. Orang tua sangat menyanyangi anak-anak mereka, mendidik anak-anaknya merupakan kewajiban yang menjadi prioritas. Ketika sang buah hati lahir, beragam cara mereka lakukan untuk mewujudkan pertumbuhan anak, apapun resiko dan kendala akan ditempuh dengan konsekuensi mendapat solusi yang tepat. Orang tua rela mengorbankan apapun demi sibuah hati, kekayaan dan kerja keras semuanya dilakukan agar sang anak mendapat pelayanan yang tebaik, baik dirumah maupun dilingkungan sekitar. 


Pengorbanan orang tua tidak pernah berbentuk reward, dimana jika sang anak telah berhasil kelak, orang tua akan meminta semua yang telah mereka berikan kepada anak.
Bagaimanakah dengan kita selaku anak, apakah kita bisa berbakti kepada orang tua dengan kemampuan yang kita miliki sekarang? apakah kita bisa membalas jasa mereka dengan ikhlas dan tanpa pamrih? bisakah kita menyenangkan mereka hanya dengan kata?atau derita dan luka yang kita berikan kepada mereka. Berikut hak-hak kedua orang tua:

IBU BAPAK TEMAN SEJATI
Dari Abu Hurairah RA., Katanya: seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW: “Siapakah yang paling berhak dengan kebaikan persahabatanku? Beliau menjawab:”ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi: kemudian siapa? Rasulullah menjawab:Ibumu. Dia bertanya lagi: setelah itu siapa lagi? Rasulullah menjawab: Ibumu, dia tanya lagi, setelah ibu siapa lagi? Rasulullah menjawab: Ayahmu.” (Muttafaq ‘Alaih).

Kejadian di atas menguatkan keyakinan kita bahwa sahabat yang harus selalu kita naungi dan dampingi adalah ibu bukan istri, kolega kerja, sahabat kecil atau atasan. Kenapa? karna ibu yang mengandung dan melahirkan kita telah melakukan pengorbanan yang tidak bisa digantikan dengan apapun. Kita buktikan saja dengan perjalanan hidup kita, setelah memiliki momongan banyak waktu yang harus kita korbankan hanya untuk anak, Misalnya; setiap hari harus menjaga waktu anak menyusui setiap dua jam sekali baik siang maupun malam, belum lagi jika kondisi kesehatan anak memburuk, secara spontan sepenting apapun acara yang telah teragendakan akan kita batalkan hanya untuk membawa anak kerumah sakit.

Ibu adalah teman sejati bukan berarti ayah harus diabaikan, keduanya memiliki posisi yang sama hanya saja naluri seorang ibu lebih memperhatikan sang anak dibandingkan ayah yang lebih fokus mencari rizki untuk kebutuhan sehari-hari. Disisi lain ibu lebih penting untuk dijadikan sahabat karna diwaktu proses persalinan nyawa ibu menjadi taruhan. Hal tersebut merupakan bukti yang nyata dan masih banyak fakta – fakta lainnya mengenai pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya, sehingga sangat kuat dan logis jika kita pikirkan adanya hadith yang memperkuat akan dukungan ALLAH kepada hambanya berkaitan dengan keridhaan sang ibu.
Dari Abdullah Bin Umar RA., Katanya: Rasulullah SAW bersabda: Keridhaan Tuhan itu terletak pada keridhaan orang tua, dan murkanya Tuhan terletak pada murkanya orang tua.

TATAKRAMA DENGAN ORANG TUA

Seriring dengan perkembangan zaman di iringi arus globalisasi yang tidak terbendung, tanpa kita sadari bahwa akhlak,etika, sopan –santun atau tatakrama anak-anak sangat jauh bertolak belakang dengan agama dan tradisi kita. Budaya asing telah merasuki jiwa generasi-generasi kita sehingga merusak pola tatanan akhlak yang merupakan pondasi dasar agama, bangsa dan negara. Bisa kita perhatikan sikap anak dengan orangtua secara kebetulan berpas-pasan dipasar atau dikedai kopi hanya untuk nongkrong, perilaku anak sekarang akan melanjutkan mengopi dengan teman-teman di iringi tawa terbaha-bahak, sedangkan perilaku anak-anak remaja terdahulu jika bertemu secara kebetulan dengan orang tuanya, mereka akan menghampiri memberi hormat dan langsung mencari celah untuk kabur alias tidak akan berleha-leha ditempat yang sama dikarnakan ta’zim hormatnya yang sangat besar terhadap orang tuanya.

Perubahan moral generasi kita bukan hanya sebatas cerita diatas, namun banyak kejadian-kejadian yang janggal kita temukan dilapangan dari anak-anak kita. Bagaimanakah perintah Rasulullah tentang sikap kita terhadap orang tua??
Dari Abu Hurairah RA., Katanya: Rasulullah SAW bersabda:” Hidungnya harus direndahkan ketanah ( beliau mengulang kalimat tersebut sampai tiga kali), Rasulullah ditanya? Ya Rasulullah, siapa? Jawabnya: “ orang yang baru dapat (kesempatan baik untuk membantu) kedua orang tuanya dimasa tuanya, baik salah satunya maupun kedua-duanya. Tetapi ia gagal untuk mendapatkan dirinya masuk surga. (Shahih Muslim).

Jelas sekali bahwasanya setiap kita bertemu dengan orang tua Rasulullah memerintahkan kita untuk menunduk bukan mengangkat kepala apalagi sampai memelototi orang tua. Jika kita harus menunduk jika berhadapan dengan orang tua, maka dengan segala kondisi dan situasi apapun kita harus menghormati dan menjunjung mereka dengan sikap dan tutur kata yang sopan. Dalam hadith Sunan Abu Daud dapat kita jadikan sebagai inspirasi, di waktu itu Rasul sedang membagikan daging di Alji’ronah, tiba-tiba ada seorang perempuan datang sampai dekat dengan beliau, lalu Rasul menghamparkan mantelnya untuk perempuan itu yang tiada lain adalah ibu yang menyusui beliau.

DURHAKA KEPADA ORANG TUA

 Semua pernah membaca atau mendengar cerita maling kundang atau cerita lainnya yang asal-muasal dan sebab akibatnya bermula dari durhakanya anak kepada orangtua. Rasulullah sendiri menegaskan dalam hadith:
Dari al-mughirah RA., katanya: “ Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu berbuat durhaka terhadap ibu.” (Muttafaq ‘Alaih).

Jika Allah sudah mengharamkan hal tesebut maka segala hal yang bersifat buruk dan tercela akan menghampiri kita hanya dengan sebab durhaka kepada orang tua. Sedangkan disisi lain Rasulullah menguatkan lagi tentang resiko yang kita tanggung jika durhaka kepada orang tua. Dari Abu Bakrah RA., katanya: Rasulullah SAW bersabda:” semua dosa akan diampuni oleh Allah Ta’ala diantaranya yang ia kehendaki, kecuali perbuatan durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya perbuatan ini dapat mempercepat kehidupan pelakunya sebelum ia mati.” (Sya’bul Imam).
Jadi sekusyu’ apapun kita mengerjakan amal ibadah, jika dosa yang kita lakukan terhadap orang tua belum diampuni, sungguh dunia pun enggan untuk menerima kita melakukan aktifitas diatas punggungnya.
MEMBALAS JASA ORANG TUA

Pribahasa penyesalan selalu datang terakhir, namun apa daya semua sudah tidak bisa di perbaiki ibarat nasi menjadi bubur. Beruntunglah bagi kita seandainya kedua orang tua masih hidup meskipun sudah tua renta, dengan adanya mereka setidaknya detik ini juga kita maish memiliki kesempatan untuk berbuat baik kepada keduanya. Bagaimana dengan orang yang telah ditinggalkan oleh kedua orangtua (meninggal)????, Rasulullah telah memberikan kita hikmah agar selalu bisa berbakti kepada kedua orang tua meskipun telah meninggal dunia. Dari Abu Usaid as-Sa’idi, katanya: Ketika kami sedang berada di sisi Rasulullah SAW., tiba-tiba ada seorang laki-laki dari Bani Salmah datang kepada beliau, lantas bertanya: Ya Rasulullah, masih adakah kesempatan berbuat baik kepada kedua orang tuaku untuk saya lakukan setelah keduanya meninggal?” Jawabnya: “ Ya, masih ada. Yaitu membaca shalawat untuk keduanya, memintakan ampun kepada Allah untuk keduanya, melunasi hutang keduanya, mengadakan hubungan silaturrahmi dengan orang-orang yang pernah dihubungi keduanya dan menghormati teman keduanya.’ (Sunan Abu Daud).

Allahu A’lam.


NOTE:
-          Tulisan ini dibuat berdasarkan referensi yang diambil dari buku Himpunan hadiths politik sosial dan ekonom, oleh S.Ziyad Abbas diterbitkan oleh Pustaka Panjimas, Jakarta 1991.
-          Penulis hanya mengutip hadith dan mengembangkan dengan problematika yang terjadi sekarang.

No comments:

Post a Comment