Orang
tua merupakan pendidik pertama dan penanggungjawab terhadap setiap individu
yang lahir, peran anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan etika yang ditunjukkan
oleh orang tua mereka. Orang tua sangat menyanyangi anak-anak mereka, mendidik
anak-anaknya merupakan kewajiban yang menjadi prioritas. Ketika sang buah hati
lahir, beragam cara mereka lakukan untuk mewujudkan pertumbuhan anak, apapun
resiko dan kendala akan ditempuh dengan konsekuensi mendapat solusi yang tepat.
Orang tua rela mengorbankan apapun demi sibuah hati, kekayaan dan kerja keras
semuanya dilakukan agar sang anak mendapat pelayanan yang tebaik, baik dirumah
maupun dilingkungan sekitar.
Pengorbanan orang tua tidak pernah berbentuk reward, dimana jika sang anak telah berhasil kelak, orang tua akan meminta semua yang telah mereka berikan kepada anak.
Pengorbanan orang tua tidak pernah berbentuk reward, dimana jika sang anak telah berhasil kelak, orang tua akan meminta semua yang telah mereka berikan kepada anak.
Bagaimanakah
dengan kita selaku anak, apakah kita bisa berbakti kepada orang tua dengan
kemampuan yang kita miliki sekarang? apakah kita bisa membalas jasa mereka dengan
ikhlas dan tanpa pamrih? bisakah kita menyenangkan mereka hanya dengan
kata?atau derita dan luka yang kita berikan kepada mereka. Berikut hak-hak
kedua orang tua:
IBU
BAPAK TEMAN SEJATI
Dari
Abu Hurairah RA., Katanya: seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW:
“Siapakah yang paling berhak dengan kebaikan persahabatanku? Beliau
menjawab:”ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi: kemudian siapa? Rasulullah
menjawab:Ibumu. Dia bertanya lagi: setelah itu siapa lagi? Rasulullah menjawab:
Ibumu, dia tanya lagi, setelah ibu siapa lagi? Rasulullah menjawab: Ayahmu.” (Muttafaq ‘Alaih).
Kejadian di atas menguatkan
keyakinan kita bahwa sahabat yang harus selalu kita naungi dan dampingi adalah
ibu bukan istri, kolega kerja, sahabat kecil atau atasan. Kenapa? karna ibu
yang mengandung dan melahirkan kita telah melakukan pengorbanan yang tidak bisa
digantikan dengan apapun. Kita buktikan saja dengan perjalanan hidup kita,
setelah memiliki momongan banyak waktu yang harus kita korbankan hanya untuk
anak, Misalnya; setiap hari harus menjaga waktu anak menyusui setiap dua jam
sekali baik siang maupun malam, belum lagi jika kondisi kesehatan anak
memburuk, secara spontan sepenting apapun acara yang telah teragendakan akan
kita batalkan hanya untuk membawa anak kerumah sakit.
Ibu adalah teman sejati bukan
berarti ayah harus diabaikan, keduanya memiliki posisi yang sama hanya saja
naluri seorang ibu lebih memperhatikan sang anak dibandingkan ayah yang lebih
fokus mencari rizki untuk kebutuhan sehari-hari. Disisi lain ibu lebih penting
untuk dijadikan sahabat karna diwaktu proses persalinan nyawa ibu menjadi
taruhan. Hal tersebut merupakan bukti yang nyata dan masih banyak fakta – fakta
lainnya mengenai pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya, sehingga sangat kuat
dan logis jika kita pikirkan adanya hadith yang memperkuat akan dukungan ALLAH
kepada hambanya berkaitan dengan keridhaan sang ibu.
Dari
Abdullah Bin Umar RA., Katanya: Rasulullah SAW bersabda: Keridhaan Tuhan itu
terletak pada keridhaan orang tua, dan murkanya Tuhan terletak pada murkanya
orang tua.
TATAKRAMA
DENGAN ORANG TUA
Seriring dengan perkembangan
zaman di iringi arus globalisasi yang tidak terbendung, tanpa kita sadari bahwa
akhlak,etika, sopan –santun atau tatakrama anak-anak sangat jauh bertolak
belakang dengan agama dan tradisi kita. Budaya asing telah merasuki jiwa generasi-generasi
kita sehingga merusak pola tatanan akhlak yang merupakan pondasi dasar agama,
bangsa dan negara. Bisa kita perhatikan sikap anak dengan orangtua secara
kebetulan berpas-pasan dipasar atau dikedai kopi hanya untuk nongkrong,
perilaku anak sekarang akan melanjutkan mengopi dengan teman-teman di iringi
tawa terbaha-bahak, sedangkan perilaku anak-anak remaja terdahulu jika bertemu
secara kebetulan dengan orang tuanya, mereka akan menghampiri memberi hormat
dan langsung mencari celah untuk kabur alias tidak akan berleha-leha ditempat
yang sama dikarnakan ta’zim hormatnya yang sangat besar terhadap orang tuanya.
Perubahan moral generasi kita bukan
hanya sebatas cerita diatas, namun banyak kejadian-kejadian yang janggal kita
temukan dilapangan dari anak-anak kita. Bagaimanakah perintah Rasulullah
tentang sikap kita terhadap orang tua??
Dari
Abu Hurairah RA., Katanya: Rasulullah SAW bersabda:” Hidungnya harus
direndahkan ketanah ( beliau mengulang kalimat tersebut sampai tiga kali),
Rasulullah ditanya? Ya Rasulullah, siapa? Jawabnya: “ orang yang baru dapat
(kesempatan baik untuk membantu) kedua orang tuanya dimasa tuanya, baik salah
satunya maupun kedua-duanya. Tetapi ia gagal untuk mendapatkan dirinya masuk
surga. (Shahih Muslim).
Jelas sekali bahwasanya setiap
kita bertemu dengan orang tua Rasulullah memerintahkan kita untuk menunduk
bukan mengangkat kepala apalagi sampai memelototi orang tua. Jika kita harus
menunduk jika berhadapan dengan orang tua, maka dengan segala kondisi dan
situasi apapun kita harus menghormati dan menjunjung mereka dengan sikap dan
tutur kata yang sopan. Dalam hadith Sunan Abu Daud dapat kita jadikan sebagai
inspirasi, di waktu itu Rasul sedang membagikan daging di Alji’ronah, tiba-tiba
ada seorang perempuan datang sampai dekat dengan beliau, lalu Rasul
menghamparkan mantelnya untuk perempuan itu yang tiada lain adalah ibu yang
menyusui beliau.
DURHAKA
KEPADA ORANG TUA
Semua pernah membaca atau mendengar cerita
maling kundang atau cerita lainnya yang asal-muasal dan sebab akibatnya bermula
dari durhakanya anak kepada orangtua. Rasulullah sendiri menegaskan dalam
hadith:
Dari
al-mughirah RA., katanya: “ Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya Allah
mengharamkan atas kamu berbuat durhaka terhadap ibu.” (Muttafaq ‘Alaih).
Jika Allah sudah mengharamkan hal
tesebut maka segala hal yang bersifat buruk dan tercela akan menghampiri kita
hanya dengan sebab durhaka kepada orang tua. Sedangkan disisi lain Rasulullah
menguatkan lagi tentang resiko yang kita tanggung jika durhaka kepada orang
tua. Dari Abu Bakrah RA., katanya:
Rasulullah SAW bersabda:” semua dosa akan diampuni oleh Allah Ta’ala
diantaranya yang ia kehendaki, kecuali perbuatan durhaka kepada orang tua.
Sesungguhnya perbuatan ini dapat mempercepat kehidupan pelakunya sebelum ia
mati.” (Sya’bul Imam).
Jadi sekusyu’ apapun kita
mengerjakan amal ibadah, jika dosa yang kita lakukan terhadap orang tua belum
diampuni, sungguh dunia pun enggan untuk menerima kita melakukan aktifitas
diatas punggungnya.
MEMBALAS
JASA ORANG TUA
Pribahasa penyesalan selalu
datang terakhir, namun apa daya semua sudah tidak bisa di perbaiki ibarat nasi
menjadi bubur. Beruntunglah bagi kita seandainya kedua orang tua masih hidup meskipun
sudah tua renta, dengan adanya mereka setidaknya detik ini juga kita maish
memiliki kesempatan untuk berbuat baik kepada keduanya. Bagaimana dengan orang
yang telah ditinggalkan oleh kedua orangtua (meninggal)????, Rasulullah telah
memberikan kita hikmah agar selalu bisa berbakti kepada kedua orang tua
meskipun telah meninggal dunia. Dari Abu
Usaid as-Sa’idi, katanya: Ketika kami sedang berada di sisi Rasulullah SAW.,
tiba-tiba ada seorang laki-laki dari Bani Salmah datang kepada beliau, lantas
bertanya: Ya Rasulullah, masih adakah kesempatan berbuat baik kepada kedua
orang tuaku untuk saya lakukan setelah keduanya meninggal?” Jawabnya: “ Ya,
masih ada. Yaitu membaca shalawat untuk keduanya, memintakan ampun kepada Allah
untuk keduanya, melunasi hutang keduanya, mengadakan hubungan silaturrahmi
dengan orang-orang yang pernah dihubungi keduanya dan menghormati teman
keduanya.’ (Sunan Abu Daud).
Allahu
A’lam.
NOTE:
-
Tulisan
ini dibuat berdasarkan referensi yang diambil dari buku Himpunan hadiths
politik sosial dan ekonom, oleh S.Ziyad Abbas diterbitkan oleh Pustaka
Panjimas, Jakarta 1991.
-
Penulis
hanya mengutip hadith dan mengembangkan dengan problematika yang terjadi
sekarang.
No comments:
Post a Comment