Friday, March 20, 2015

Hubungan Dengan Kerabat Dan Tetangga

Pada jaman era globalisasi sekarang ini dengan kesibukan dunia kerja dan aktifitas yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja, tanpa disadari telah merubah tatakrama kehidupan manusia dari azas kepentingan membutuhkan satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh adanya pemikiran bahwa kekayaan bisa mewujudkan segalanya. Perlu kita sadari salah satu hal terkecil yang telah kita abaikan baik sengaja maupun tidak adalah hubungan antar sesama.

Hubungan merupakan satu kata yang memiliki makna yang sangat luas. Hubungan adalah konektifitas individu yang satu dengan yang lain bersatu padu mewujudkan persepsi, keinginan atau kebutuhan dasar kehidupan. Hubungan bisa berbentuk relasi kerja, relasi organisasi, lembaga, instansi dan lain sebagainya, jika kita mendefinisikan hubungan maka akan banyak tafsiran yang akan kita dapatkan dari para pakar.

Tulisan hari ini kita coba merenungkan hubungan kita dengan Kerabat dan Tetangga dalam islam. Kenapa harus hubungan dengan Kerabat dan tetangga? karna, jika hubungan dengan Kerabat dan tetangga bisa terjalin dengan baik, cukup besar kemungkinan hubungan kita dengan sahabat-sahabat yang lain diluar atau yang lebih jauh akan terjaga dengan baik pula.
Hadith dari ‘Aisyah RA., dari Nabi SAW. Beliau bersabda:”Jibril sering menasehati aku tentang tetangga, sehingga aku mengira bahwa ia mau menjadikannya sebagai ahli warisku.” (Muttafaq ‘Alaih).


Renungkan sabda nabi tersebut, seakan-akan tetangga itu akan menjadi ahli warisnya, demikian perumpaan yang nabi jelaskan agar kita bisa pelajari dan pertimbangkan begitu pentingnya hubungan dengan tetangga itu di perkuat. Logisnya seandainya kita terkena musibah, maka pertolongan pertama yang datang kepada kita sudah pasti dari orang terdekat, salah satunya adalah tetangga. Disisi lain jika kita mengadakan acara atau sakit dan sebagainya, maka orang yang pertama kali melayangkan berita kepada orang lain atau keluarga dekat sudah tentu tetangga. Sebab-musabab yang terjadi secara sosial seperti yang kita rasakan sekarang, tidaklah akan jauh berbeda dari kehidupan yang dialami oleh Nabi kita Muhammad SAW.

Begitu pentingnya peran tetangga dalam kehidupan ini, nabi juga melarang kita untuk tidak membiarkan saudara sesama muslim, seperti acuh tak acuh atau tidak berbicara selama tiga hari, karena takutnya tanpa sepengetahuan kita mati dalam tiga hari tersebut, sedangkan maaf belum kita dapatkan dari kerabat atau tetangga. Alhamdulillah, Jika kerabat atau tetangga kita tadi memaafkan, seandainya tidak maka kita akan berada dalam kesengsaraan.

Nabi juga menjadikan kita golongan orang-orang yang baik, disaat terjadi kesalahpahaman atau pertengkaran yang terjadi dengan handai dan taulan, kita yang lebih dahulu mengucapkan salam meskipun baru satu jam yang lalu pertengkaran terjadi. Amat sulit memang untuk dijalankan, namun jika anda memiliki tekad dengan ikhlas karna Allah, Insya Allah. Semua akan berjalan normal bahkan keuntungannya adalah tidak akan ada yang memusuhi kita didunia ini.

Bagaimanakah jika kita memutuskan silturrahmi atau hubungan?
Dari Jubair Bin Mut’am RA., katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan(yakni memutuskan hubungan silaturrahmi) – Muttafaq ‘Alaih—

Hadith lain menegaskan dengan perbedaan kisah namun memiliki kesamaan tujuan: Dari Ibnu Abbas RA., Katanya:Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:”tidak beriman orang yang kenyang sementara tetangganya berkeliling tanpa dapat makanan. ---Sya’bul Iman).

Kedua hadith diatas membuka wawasan kita bahwa syurga termasuk merindukan orang-orang yang selalu menjaga hubungan baik. Hubungan yang baik atau silturrahmi merupakan kunci dasar menghindari konflik atau perang. Silaturrahmi yang tertata rapi akan membangun semangat hidup yang rukun dan damai, disisi lain menjauhkan kita dari sifat iri, dengki, dendam bahkan sifat mendhalimi satu dengan yang lainnya.

Ibnu Abbas RA, menegaskan bahwa iman kita juga terdapat dalam bagian yaitu menjaga hubungan dengan tetangga dari sisi kebutuhan perut, hal ini sangat kecil namun berdampak besar. Kita lihat saja pergaulan sekarang, banyak orang yang tinggal berdekatan, yang hanya dibatasi pagar tidak sempat berkenalan satu sama lainnya, kalau berkenalan saja sudah tidak ada waktu apalagi berniat untuk memberi makanan atau menjenguknya jika dalam musibah.

Memperkuat silturrahmi merupakan pondasi dasar ummat islam dalam menjalankan perintah Allah. Perhatikan saja setiap kita melaksanakan shalat, Shaf kita rapikan dan rapatkan. Di dalam kewajiban shalat kita bisa mengambil ibrah bahwa persatuan yang kokoh dan baik ialah bersatu padu dan seragam dalam pelaksanaannya.
ALLAHU  A’LAM
Semoga bermanfaat!



NOTE:
-          Tulisan ini dibuat berdasarkan referensi yang diambil dari buku Himpunan hadiths politik sosial dan ekonomi, oleh S.Ziyad Abbas diterbitkan oleh Pustaka Panjimas, Jakarta 1991.
-          Penulis hanya mengutip hadith dan mengembangkan dengan problematika yang terjadi sekarang.

No comments:

Post a Comment